Bab I
Pembahasan
A.Huruf dan tulisan al qur`an
Pada masa Rasululloh S.A.W. ditanah hijaz sangat sedikit orang yang pandai menulis. Kegiatan tulis menulis tidak dianggap sesuatu yang sangat penting.Tradisi mereka didominasi oleh tradisi lisan yang sangat mementingkan kekuatan ingatan. Rasululloh S.A.W. dapat disebut sebagai penganjur dan perintis tradisi tulis menulis, selain sebagai penganjur dan pembaharu kesusasteraan arab umumnya. Walaupun be-
liau seorang yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis, seperti kebanyakan orang arab masa itu, tetapi perhatian beliau terhadap budaya tulis menulis sangat besar. Momentum turunnya Alqur`an menjadi buktinya.Setiap kali turun ayat, Rasululloh S.A.W. akan meminta sahabatnya untuk menuliskan ayat tersebut.Media yang umum digunakan adalah pelepah kurma atau kulit binatang yang dikeringkan. Beliau pun tidak melarang sahabat lain, selain juru tulisnya menuliskan banyak ayat-ayat alqur`an.
Perhatian Nabi terhadap tulis menulis terlihat jelas pascaperang badar. Ketika itu, banyak orang quraisy yang menjadi tawanan kaum muslimin. Kepada mereka, khususnya yang terampil membaca dan menulis, Nabi memberikan kesempatan untuk menebus dirinya dengan mengajarkan sepuluh orang anshor dan kaum muslim untuk membaca dan menulis. Hukuman yang bijaksana tersebut, tidak saja menunjukkan akhlak yang tinggi, tetapi juga memperlihatkan gerakan membasmi buta huruf.
Adapun tulisan arab itu, awalnya diciptakan oleh orang Yaman.Sebenarnya jenis hurufnya sendiri sudah didapati dan dipakai orang Arab sejak dulu, semasa Himyar memerintah disana. Kabarnya , ketika Al-Mundzir mendirikan kerajaan di hijaz, tulisan arab itu telah diajarkan dan dipelajari orang. Huruf itu dipergunakan sampai masa Ali bin Abi Thalib memerintah di kufah. Inilah sebabnya maka tulisan arab disebut huruf kufi. Tulisan yang dipakai pada masa Rasululloh S.A.W. adalah tulisan kufi itu. Dengan demikian, catatan-catatan ayat alqur`an pada masa rasul dilakukan dalam tulisan itu.
Bangsa Arab yang mendiami daerah hijaz baru mengenal huruf sekitar satu abad sebelum datangnya Islam. Hal ini terjadi karena pergaulan hidup mereka yang senantiasa berada dalam permusuhan dan peperangan,sehingga tidak ada kesempatan untuk memerhatikan dan mengembangkan kebudayaan lebih konstrukif dan membawa kemajuan. Berbeda dengan rumpun-rumpun bangsa arab lainnya, seperti bani Himyar di Yaman atau bani Ambath di arab utara, yang sejak lama sudah menggunakan huruf . Terlebih bangsa-bangsa yang lebih maju peradabannya, seperti Persia dan Romawi.
Pengembangan bangsa Hijaz ke luar daerahnya, seperti ke mesopotamia (Irak) dan Syam, telah membuka kesempatan bagi mereka untuk mengenal beberapa macam huruf, misalnya huruf Nibithi dari bangsa Ambath, huruf Ibrani dari bangsa Yahudi, ataupun huruf suryani dari bangsa Syria. Diantara pengembara-pengembara pertama yang telah mempelajari huruf dan tulisan itu adalah Bisyr bin Abdul Malik Al-Kindy. Ia pernah belajar pada Bani Ambath, rumpun Muawiyyah di Makkah. Hubungan yang baik pun terjalin dengan kaum Quraisy yang mempeajari bebrapa orang dari mereka itu huruf dan tulisan.
Akhirnya sesudah Islam datang, lahirlah tulisan Naskhi dari tulisan Nibithi dan
tulisan kufi dari tulisan suryani. Pada waktu itu, hanya beberapa orang saja yang mengerti tulisan arab, di antaranya Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khottob, Ustman bin Affan , Abu Sofyan dan anaknya Muawiyyah , Talhah dan beberapa orang lainnya. Atas usaha mereka, huruf arab itu diajarkan kepada yang lain. Dengan demikian, penggunaan huruf tersebut menyebar di Hijaz. Bentuknya tetap seperti semula, hingga datang Ibnu Muqlah ( wafat 328 H ) yang berjasa memperbaiki dan memperhalus bentuknya.
Pada masa Rasululloh S.A.W , Al qur`an ditulis oleh sahabat-sahabat yang bertugas menuliskan wahyu yang turun kepada Rasululloh S. A.W. Ejaan dan bentuk huruf yang digunakannya masih jauh dari sempurna. Waktu itu, kaum muslim belum sempat menumpahkan perhatiannya kepada kesenian huruf, mereka masih sibuk dengan usaha untuk menyebarkan dan mempertahankan Islam yang masih sangat muda. Barulah pada kekuasaan Dinasti Umayyah, upaya untuk menyempurnakan huruf arab terus dilakukan. Berkat usaha Qathabah Al-Muharir , tercipta empat macam tulisan lahir dari kufi. Dengan mempergunakan tulisan-tulisan tersebut, dimulailah proses penulisan mushaf, yang telah dilakukan sejak zaman rasul hingga zaman khulafaur rasyidin, dengan menggunakan huruf-huruf lebih sempurna.
Pada masa kekuasaan dinasti Abbasiyah , lahir dua orang penulis terkenal, yaitu Ad Dahhaq bin Ajilan dan Ishaq bin Humad yang berasal dari Syam. Keduanya meneruskan usaha Quthabah dalam menyempurnakan dan memperindah tulisan arab. Di tangan mereka, tulisan arab berkembang menjadi dua belas macam,, yaitu tulisan jalil, untuk menulisi mihrab , pintu- pintu masjid, tembok istana, yang sekarang umumnya disebut tulisan jali. Bentuk- bentuk tulisan lainnya bernama sajalat, dibaji, usthumarul kabir, sulusain, zambur, mufattah, haram, mumarat, `uhud, qasas, dan khirfaj. Setiap tulisan memiliki fungsi khusus dan dipergunakan untuk menulis sesuatu pula. Sampai abad ke-11 , jumlah tulisan arab telah mencapai 30 macam. Di antara yang tiga puluh macam itu, yang paling digemari bangsa Turki ialah tulisan riqa` , Hamayuni, Diwani, dan yang mereka ciptakan sendiri istambuli.
Sekarang, tulisan arab telah menyebar ke seluruh dunia. Kebutuhan untuk menyelami isi Alqur`an dan pengetahuan – pengetahuan lain yang mengenai Islam , menyebabkan orang-orang mempelajari huruf arab. Bahkan, ada bangsa-bangsa yang menjadikan huruf arab sebagai sarana untuk menulis bahasanya sendiri. Tulisan-Tulisan arab yang terpakai hingga sekarang , dengan mengecualikan huruf kufi yang hampir tidak mengecualikan huruf kufi yang hampir tidak dipergunakan orang lagi, adalah sebagai berikut:
Tulisan Nasakhi. Tulisan ini banyak digunakan untuk menulis bahasa arab, Turki, Tartar, Afghanistan, Sindhi, dan sebagainya. Tulisan ini banyak digunakan pula untuk menulis kitab-kitab yang berisi ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu agama. Tulisan farisi. Sebenarnya , tulisan ini berasal dari tulisan qiraluz, yang merupakan satu dari tulisan yang lahir dari huruf kufi pada masa permulaan Islam. Tulisan ini banyak dipakai untuk menulis bahasa Persia, Hindustan ( Urdhu`) dan sebagainya.
Tulisan Maghribi . tulisan ini banyak dipakai orang-orang di Maroko , Tunis, dan Trablus, khususnya untuk menulis bahasa rab dan barbar. Tulisan riq `ah . Tulisan ini banyak dipergunakan oleh dewan-dewan Turki ( pada masa sebelum ustmaniah) untuk kepentliungan surat menyurat. Tulisan itu pun banyak digemari orang Mesir, Irak, dan Syria. Tulisan sulusi . Tulisan ini termasuk yang paling banyak dipergunakan di Negara-negara Muslim di dunia ini, misalnya di Indonesia dan Malaysia.
B.Hadits – hadits penguat
Tujuh huruf yang menurunkan Al-Qur'an dan untuk perkara yang satu yang tidak diselisihkan halal haramnya
1. Imam Bukhari dan Imam Muslim
Dalam shahihnya meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: "Jibril membacakan Al-Qur'an kepadaku dengan satu hurut kemudian aku mengulanginya. (Setelah itu) senantiasa aku meminta tambah dan iapun menambahiku sampai dengan tujuh huruf". Imam Muslim menambahkan: "Ibnu Syihab mengatakan: Telah sampai berita padaku bahwa tujuh huruf itu untuk perkara yang satu yang tidak diselisihkan halal haramnya".
2. Imam Bukhari
Meriwayatkan yang lafazhnya dari Bukhari bahwa; Umar bin Khattab berkata: "Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al-Furqan di masa hidupya Rasulullah SAW, aku mendengar bacaannya, tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf yang belum pernah Rasulullah SAW membacakannya kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari shalat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam aku menarik sorbannya dan bertanya: "Siapa yang membacakan surat ini kepadamu?". Ia menjawab: "Rasulullah SAW yang membacakannya kepadaku", aku menyela: "Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah SAW telah membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini".
Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah SAW lalu aku bertanya: "Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca surat Al-Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqan ini kepadaku". Rasulullah SAW menjawab: "Hai Umar! lepaskan dia. "Bacalah Hisyam!". Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia membacanya. Rasululllah SAW bersabda: "Begitulah surat itu diturunkan" sambil menyambung sabdanya: "Bahwa Al-Qur'an ini diturunkan atas tujuh huruf maka bacalah yang paling mudah!".
Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan pula bacaan sahabat Umar r.a. kemudian beliau bersabda: "Begitulah bacaan itu diturunkan".
3. Imam Muslim
Meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubay Bin Ka'ab ia berkata: "Aku berada di masjid, tiba-tiba masuklah lelaki, ia shalat kemudian membaca bacaan yang aku ingkari. Setelah itu masuk lagi lelaki lain membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama". Setelah kami selesai shalat, kami bersama-sama masuk ke rumah Rasulullah SAW, lalu aku bercerita: "Bahwa si lelaki ini membaca bacaan yang aku ingkari dan kawannya ini membaca berbeda dengan bacaan kawannya yang pertama". Akhirnya Rasulullah SAW memerintahkan keduanya untuk membaca.
Setelah mereka membaca Rasulullah SAW menganggap baik bacaannya. Setelah menyaksikan hal itu, terhapuslah dalam diriku sikap untuk mendustakan, tidak seperti halnya diriku ketika masa Jahiliyyah. Nabi menjawab demikian tatkala beliau melihat diriku bersimbah peluh karena kebingungan, ketika itu keadaan kami seolah-olah berkelompok-kelompok di hadapan Allah Yang Maha Agung.
Setelah melihat saya dalam keadaan demikian, beliau menegaskan pada diriku dan berkata: "Hai Ubay! Aku diutus untuk membaca Qur'an dengan suatu huruf lahjah (dialek)", kemudian aku meminta pada Jibril untuk memudahkan umatku, dia membacakannya dengan huruf kedua, akupun meminta lagi padanya untuk memudahkan umatku, lalu ia menjawab untuk ketiga kalinya. "Hai Muhammad, bacalah Qur'an dalam 7 lahjah dan terserah padamu Muhammad apakah setiap jawabanku kau susul dengan pertanyaan permintaan lagi".
Kemudian aku menjawabnya: "Wahai Allah! Ampunilah umatku, ampunilah umatku dan akan kutangguhkan yang ketiga kalinya pada saat dimana semua makhluk mencintaiku sehingga Nabi Ibrahim as". Imam Qurthubi berkata: "Denyutan hati ini (dalam jiwa Ubay) akibat dari sabda Rasulullah SAW ketika orang-orang bertanya kepadanya: "Bahwasanya kami mendapatkan sesuatu dalam diri kami, dimana seseorang merasa berat sekali untuk mengatakannya". Rasulullah SAW bertanya: "Apakah sudah kalian temui jawabannya?". "Ya" jawab mereka. Rasulullah SAW bersabda: "Itu adalah iman yang jelas". (HR. Muslim)
4. Al-Hafizh Abu Ya'la
Dalam musnad kabirnya meriwayatkan: "Bahwa Utsman r.a. pada suatu hari ia berkata di atas mimbar: "Aku sebut nama Allah teringat seorang lelaki yang mendengar Rasulullah SAW bersabda: bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas lagi sempurna". Ketika Umar berdiri para hadirin berkata: "Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf yang kesemuanya tegas dan lengkap". Kemudian Utsman r.a. berkata: "Saya menyaksikannya bersama mereka".
5. Imam Muslim
Dengan sanad dari Ubay bin Ka'ab meriwayatkan bahwa Nabi SAW ketika berada di Oase Bani Ghaffar didatangi malaikat Jibril a.s. lalu Jibril berkata: "Sesungguhnya Allah SWT telah memerintah engkau unfuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan satu huruf". Nabi menjawab: "Aku meminta dulu kepada Allah sehat dan ampunannya, sebab ummatku tidak mampu menjalankan perintah itu".
Kemudian Jibril datang untuk kedua kalinya, seraya berkata: "Allah SWT telah memerintahkan kau untuk membacakan Al-Qur'an dengan dua huruf". Nabi menjawab: "Aku meminta sehat dan ampunan dulu kepada Allah, karena ummatku tidak kuat menjalankannya".
Jibril datang lagi untuk ketiga kalinya dan berkata: "Allah SWT telah memerintahkan kau untuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan tiga huruf.
Nabi menjawab: "Aku minta sehat dan maghfirah dulu kepada Allah, sebab ummatku tidak sanggup mengerjakannya".
Jibril datang lagi untuk keempat kalinya seraya berkata: "Kau telah diperintahkan Allah untuk membacakan Al-Qur'an kepada ummatmu dengan tujuh huruf dan huruf mana saja yang mereka baca berarti benar".
6. At-Turmudzi
Juga meriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, ia mengatakan: "Rasulullah SAW berjumpa dengan Jibril di gundukan Marwah". Ia (Ka'ab) berkata: "Kemudian Rasul berkata kepada Jibril bahwa aku ini diutus untuk ummat yang ummy (tidak bisa menulis dan membaca). Diantaranya ada yang kakek-kakek tua, nenek-nenek bangka dan anak-anak". Jibril menjawab: "Perintahkan, membaca Al-Qur'an dengan tujuh huruf". Imam Turmudzy mengatakan: "Hadits ini hasan lagi shahih".
Dalam suatu lafazh lain disebutkan: "Barangsiapa membacanya dengan satu huruf saja berarti telah membaca seperti ia (Nabi) membaca".
Dituturkan dalam lafazh Hudzaefah, kemudian aku berkata: "Wahai Jibril bahwa aku diutus untuk ummat yang ummiyah di dalamnya terdapat orang lelaki, perempuan, anak-anak, pelayan (babu) dan kakek tua yang tidak bisa membaca sama sekali". Jibril balik berkata: "Bahwa Al-Qur'an diturunkan dengan tujuh huruf".
7. Imam Ahmad
Mengeluarkan hadits dengan sanadnya dari Abi Qais maula 'Amar bin 'Ash dari 'Amr, "Bahwa ada seseorang ini berdiri sehingga tidak terang membaca satu ayat Al-Qur'an". Kemudian 'Amr berkata kepadanya: "Sebenarnya ayat itu begini dan begini". Setelah itu ia mengatakan hal itu kepada Rasulullah SAW, Rasulullah SAW menjawab: "Sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan dengan tujuh huruf, mana saja yang kalian baca berarti benar dan jangan kalian saling meragukan".
8. Ath-Thabari dan Ath-Thabrani
Meriwayatkan dari Zaid bin Arqam. Ia berkata: "Ada seseorang datang kepada Rasulullah SAW, lalu berkata: "Ibnu Mas'ud telah membacakan sebuah surat kepadaku seperti yang telah dibacakan oleh Zaid bin Tsabit dan membacakan pula kepadaku Ubay bin Ka'ab. Ternyata bacaan mereka berbeda-beda. Maka bacaan siapa yang saya ambil?". Rasulullah SAW terdiam, sedangkan shahabat 'Ali berada di sampingnya, kemudian 'Ali berkata: "Setiap orang diantara kalian hendaklah membaca menurut pengetahuannya, karena kesemuanya baik lagi indah".
9. Ibnu Jarir Ath-Thabari
Mengeluarkan hadits dari Abi Hurairah, bahwa ia berkata: "Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Al-Qur'an ini diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah semampunya dan tidak berdosa. Tetapi jangan sekali-kali mengakhiri dzikir rahmat dengan adzab atas dzikir dengan rahmat"
C.Pendapat- Pendapat tentang diturunkannya al qur`an dengan tujuh huruf
1.Pendapat pertama
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf ialah tujuh macam bahasa dari bahasa dari bahasa-bahasa arab dalam satu makna, dengan pengertian jika bahasa mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna. Alqur`an pun diturunkan dengan se jumlah lafal sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Jika tidak terdapat perbedaan , Alqur`an hanya mendatangkan satu lafadz atau lebih.
2.Pendapat kedua
Yang dimaksud tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf dalam pendapat ini adalah tujuh huruf yang bertebaran di berbagai surat alqur`an., bukan macam-macam bahasa dalam satu kata yang mempunyai makna sama.
3.Pendapat ketiga
Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh segi, yaitu amr ( perintah ), nahyu ( larangan ) , wa`d ( janji ) , wa`id (ancaman) , jadal ( perdebatan), qasas ( cerita ), dan matsal ( perumpamaan) .
4.Pendapat keempat
Segolongan ulama ber pendapat, bahwa yang dimaksud tujuh huruf ialah tujuh macam hal yang diantanya terjadi ikhtilaf ( perbedaan). Diantaranya adalah : perbedaan kata benda ( isim), perbedaan dalam i`rab , perbedaan dalam tashrif, perbedaan dalam mendahulukan atau mengakhirkan.
5.Pendapat kelima
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak diartikan secara harfiah ( bukan bilangan antara enam dan delapan), tetapi bilangan tersebut hanya sebagai lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang arab. Kata tujuh adalah isyarat bahwa bahasa dan susunan Alqur`an merupakan batas dan sumber orang arab yang telah mencapai puncak kesempurnaan).
6.Pendapat keenam
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh adalah qira`at sab`ah (qira`at yang tujuh) .
D.Hikmah turunnya alqur`an dengan tujuh huruf
1.Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi, yang setiap kabilahnya mempunyai dialek masing-masing, namun belum terbiasa menghafal syari`at , apalagi mentradisikannya.
2.Bukti kemukjizatan alqur`an bagi naluri atau watak dasar kebahasaan orang arab. Qur`an mempunyai banyak pola susunan bunyi yang sebanding dengan segala macam cabang dialek bahasa yang telah menjadi naluri bahasa orang-orang arab, sehingga setiap orang Arab dapat mengalunkan huruf-huruf dan kata-katanya sesuai dengan irama yang telah menjadi watak dasar mereka dan lahjah kaumnya, dengan tetap keberadaan qur`an sebagai mukjizat yang ditantangkan Rasululloh kepada mereka.
3.Kemukjizatan Alqur`an dalam aspek makna dan hukum-hukum nya.Sebab perubahan-perubahan bentuk lafadz pada sebagian huruf dan kata-kata memberikan peluang luas untuk dapat disimpulkan daripadanya berbagai hukum.
Bab III
Penutup
Alqur`an adalah pedoman hidup bagi umat Islam, oleh karena itu kita harus mengimaninya. Kita harus mengetahui bagaimana turunnya Alqur`an kepada nabi Muhammad, terutama dengan diturunkannya dalam 7 huruf. Ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh ulama zaman dulu tentang Alqur`an ini yang diturunkan dalam 7 huruf. Oleh karena itu, sebagai seorang muslim sebaiknya mengetahui agar tidak terjadi perselisihan. Juga merupakan bukti bahwa Alqur`an diciptakan oleh alloh bukan oleh Nabi SAW, karena Nabi hanya menyuruh para sahabatnya untuk menulis ayat-ayat alqur`an di suatu tempat. Dari sekian pendapat diatas, mungkin yang sering kita lihat adalah qiro`ah sab`ah yang sering kita dengar dalam bentuk kaset-kaset atau cd. Demikian kiranya bila makalah ini ada kekuranagan mohon maaf, semoga dapat memberikan manfaat, terutama untuk mempermudah penjelasan mata kuliah studi qur`an.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Emsoe dan Priyanto Ranoedrsono. The amazing stories of Alqur`an. 2009. Bandung.: PT.Karya kita
Al qattan, Manna` al khalil. Studi ilmu-ilmu qur`an. 2009. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa
Nizhan, Abu. Buku Pintar Alqur`an . 2008. Jakarta: Qultum Media
http // www. cyberMQ.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar